Ajatappareng info - Sejarah Ajatappareng - Makna Ajatappareng dalam bahasa Bugis adalah "(sebelah) barat danau" danau yang dimaksud adalah Danau Tempe, Danau Sidenreng, dan Danau Buaya di bagian tengah Sulawesi Selatan. Jangkauan geografis Ajatappareng meliputi wilayah modern empat kabupaten dan satu kotamadya. Wilayah bekas Sawitto dan Alitta kini menjadi bagian dari Kabupaten Pinrang; Sidenreng dan Rappang membentuk Kabupaten Sidenreng Rappang serta kecamatan Maiwa, Enrekang; sementara wilayah Suppa kini terpecah antara sebagian daerah Pinrang, sepotong wilayah Barru, serta keseluruhan Kota Parepare.
Ajatappareng memiliki bentang alam yang beragam, mulai dari perbukitan di utara hingga dataran hijau yang subur di bagian tengah dan selatan. Wilayah ini juga dialiri oleh berbagai sungai yang memberikan air untuk irigasi pertanian padi lahan basah. Keadaan alam yang menguntungkan ini menjadikan Ajatappareng salah satu penghasil beras utama di Sulawesi Selatan. Seorang penjelajah Portugis yang mengunjungi Sidenreng pada tahun 1540-an menyebutkan bahwa negeri tersebut kaya akan beras dan hasil tani lainnya.
Penaklukan Melaka oleh Portugis pada tahun 1511 menyebabkan beralihnya sebagian besar pedagang, terutama pedagang Muslim, ke bandar-bandar baru yang bebas dari pengaruh Eropa. Termasuk di antaranya bandar-bandar di bagian barat jazirah Sulawesi Selatan, seperti Siang, Tallo, Somba Opu, dan Bacukiki (Suppa).
Sebagai pusat niaga, Suppa merupakan salah satu pemain kunci di Ajatappareng, dan mungkin juga merupakan pemrakarsa persekutuan antarkerajaan di wilayah tersebut. Menurut sumber lisan, konfederasi ini dipelopori oleh datu Suppa ketujuh Lapancaitana, yang sekaligus merupakan penguasa Sawitto dan Rappang. Namun sumber lain menyebut bahwa penguasa Suppa yang menjadi pelopor persekutuan adalah datu keempat La Makkarawi (versi lain menyebutkan La Makaraie), bersama-sama dengan Lapaleteang dari Sawitto, Lapateddungi dari Sidenreng, serta Lapakallongi dari Rappang yang merangkap sebagai wakil Alitta. Konfederasi ini didirikan pada saat yang sama dengan atau sebelum pembentukan persekutuan Tellumpoccoe; beberapa sumber menyebut 1523, 1540, hingga 1582 sebagai tahun pembentukan konfederasi.
Konfederasi ini dikenal dengan nama Limaé Ajatappareng ("Lima Ajatappareng"), dicirikan dalam ikrar pembentukan sebagai "satu rumah lima kamarnya," yang ditafsirkan sebagai satu bangsa dengan lima anggota konfederasi. Ajatappareng berkembang menjadi kekuatan politik yang berpengaruh besar di Sulawesi, menggunakan kekuatan maritimnya untuk menyokong Suppa sebagai bandar niaga utama. Sumber-sumber lontara menyebutkan bahwa Suppa dan Sawitto pernah menundukkan, atau setidaknya menyerang, wilayah Leworeng, Lemo-Lemo, Bulu Kapa, Bonto-Bonto, Bantaeng, Segeri, Passokreng, Baroko, Toraja, Mamuju, Kaili, Kali dan Toli-Toli.
Dikutip dari sumber terbaik.
Admin : Yuliana S